Waktu menunjuk pukul 11.00 Wita, ketika Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI), Hj Meity Rahmatia berangkat dari rumah mantan kepala desa (Kades) Lempangan di Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Minggu (05/01/2024).
Di tengah rintik hujan, ia dan rombongan berjalan kaki diiringi tabuhan gendang menuju Kantor Desa Lempangan, tempat dilangsungkannya pertemuan warga sekitar dengan dirinya.
Jarak rumah mantan Kades dengan kantor desa hanya sepelemparan batu. Jadi, Meity tidak butuh waktu lama untuk tiba di kantor administrasi desa itu. Dan di sana, warga telah menantikannya sejak pagi.
Di Tengah rintik hujan, dua tenda berukuran besar yang terpasang di halaman kantor desa, tidak lagi mencukupi. Mereka yang hadir dari kalangan laki-laki dan perempuan. Terdiri dari seluruh lapisan usia; orang tua, remaja, hingga anak-anak. Mereka terlihat sangat antusias.
Meity pun menyapa mereka dengan ramah. Dari sejak pintu gerbang kantor desa hingga ke tempatnya duduk bersama tokoh masyarakat di baruga pertemuan kantor desa. Baginya, kedatangannya ke Desa Lempangan seperti pulang ke rumah dan kampung halaman sendiri.
Suami Meity yang juga dikenal sebagai pengusaha travel haji dan umroh di Sulsel adalah putra asli daerah bekas Kerajaan Makassar ini. Oleh karena itu, politisi Partai Keadilan Sejahtera ini tidak ragu mengakui dirinya sebagai bagian dari masyarakat Gowa. “Boleh dibilang, saya satu-satunya politisi perempuan, orang Gowa yang berkiprah sekarang ini di DPR RI,” akunya saat Beragam di depan masyarakat Lempangan,
Memang, pada saat menjabat anggota dewan di Propinsi Sulsel yang lalu, Meity yang dikenal aktif di berbagai kegiatan sosial tersebut juga terpilih dari daerah pemilihan Gowa. Oleh karena itu, ia pun menyampaikan bahwa sudah menjadi kewajibannya untuk mengunjungi dan bertemu langsung dengan masyarakat Gowa hingga ke desa-desa.
Namun kali ini, tak sekadar silaturahmi, ia juga menggelar acara makan coto bersama di halaman masyarakat Kantor Desa Lempangan. Anggota Komisi Tiga Belas DPR RI itu menerangkan, kegiatan ini bertujuan, mengampanyekan kuliner khas Makassar dan sebagai bentuk dukungannya pada program makan gratis yang dicanangkan dan segera dimulai oleh pemerintah di sejumlah daerah di Indonesia.
“Sudah kewajiban moral saya, untuk bertemu kembali masyarakat di Gowa. Ini adalah silaturahmi dan syukuran bersama masyarakat desa. Namun kami berupaya agar perhelatan ini memiliki aspek edukasi untuk mengampanyekan kebudayaaan di bidang kuliner. Makanan khas daerah ini. Coto Makassar,” terangnya kepada media.
“Sejalan pula dengan visi pemerintah, yaitu program makan gratis yang akan dimulai pemerintah di seluruh wilayah tanah air. Menu saja yang berbeda. Di sini, kita makan Coto Makassar bersama-sama,” imbuhnya.
Sementara itu, warga Lempangan yang ditanyai tentang kegiatan ini menyambut positif dan mengapresiasi kehadiran Meity di Tengah-tengah mereka. “Saya pribadi sangat berterima kasih kepada beliau. Kami dan keluarga sangat puas makan coto. Kalau bisa, program ini dibuat rutin. Yah, tidak harus Coto Makassar,” kata Hasniah Daeng Tobo (48).
Hal yang sama juga diungkapkan Ernawati (30), seorang ibu rumah tangga. Ia begitu antusias hingga datang bersama suami, dan memboyong satu orang anaknya. “Kegiatan yang diadakan anggota dewan seperti ini, baru. Pasti mi, kita semua suka. Apalagi gratis, hehe. Tapi, saya mengacungi jempol ibu Meity. Tidak ada jarak. Beliau tidak lupa pada kami, petani di desa, meski sudah terpilih di DPR RI,” ungkapnya.
Sebagai tuan rumah, mantan Kepala Desa Lempangan, Haji Bohari pun menyampaikan hal serupa. “Sebagai tokoh masyarakat saya sangat berterima kasih atas kedatangan ibu dewan. Momen ini sudah lama dinantikan oleh masyarakat di sini. Karena itu saya sangat berharap dia setelah terpilih bisa memperhatikan kondisi daerah kami di sini. Saya memahami, posisi di Komisi Tiga Belas DPR RI tidak berhubungan langsung dengan pembangunan masyarakat di desa-desa. Tapi minimal, ia menyambungkan aspirasi kami melalui fraksi dan partainya di sana,” harapnya.
Tak hanya warga dan mantan kepala desa, sejumlah tokoh masyarakat juga meramaikan makan coto bersama ini. Terdapat pula politisi daerah, akademisi dan pejabat desa dari desa tetangga.Diantaranya adalah Ketua Dewan Pimpinan Daerah PKS Kabupaten Gowa, Suwardi Balla. Ia sangat mendukung program makan coto bersama ini.
“Kami sebagai pengurus PKS daerah, sangat mendukung kegiatan ini dalam mempererat hubungan kedekatan dengan masyarakat. Apalagi kegiatan sosial ini senafas dengan program makan gratis yang telah disampaikan pemerintah Prabowo,” tutupnya.
Setelah Desa Lempangan di Gowa, Meity berencana akan melanjutkan program serupa di desa dan daerah lain. Namun menurutnya, kegiatan tersebut akan disesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat. “Tidak selamanya harus makan coto bersama, toh . Bisa juga dalam bentuk kegiatan lainnya. Yang penting, substansinya adalah silaturahmi. Kegiatan itu memiliki nilai sosial, mencerminkan budaya ketimuran dan sejalan dengan visi pembangunan pemerintah,” tuturnya.(*)