Ridha dan Kemenangan

Oleh: R. Irwan Waji

Waktu sudah menunjukkan tahun 6 sejak mereka meninggalkan kampung halaman. Menunggu kesempatan untuk “pulkam” sungguh sebuah impian yang selalu terngiang-ngiang di benak kaum muslimin.   Mereka pergi meninggalkan keluarga, hewan ternak,  sejumlah aset, serta  indahnya tanah kelahiran, demi agama dan rindu bersua harus dikubur dalam-dalam.

Atas kehendak Allah SWT jualah tibalah saatnya kesempatan itu. Baginda Nabi SAW mengumumkan rencana umroh ke seantero Madinah. Terkumpul sekitar 1400 kaum Muslimin menyatakan kesediaannya. Rombongan itu berangkat menuju Dzulhulaifah untuk mengambil miqat yang jaraknya  14 kilometer dari Masjid Nabawi. Dengan mengenakan pakaian ihram dan  membawa hadyu mereka menuju Mekah.

Meskipun Rasulullahﷺ niatnya adalah umroh tetapi beliau tetap mempersiapkan diri dengan perlengkapan senjata tetapi tidak seperti ketika akan berperang. Sebab situasi politik pada saat itu masih terbilang masih panas. Bagi Quraisy, Perang Ahzab setahun lalu telah menyisakan kekecewaan besar yang berbalut kebencian atas kegagalan mereka menghabisi Rasulullahﷺ dan para sahabatnya Radhiyallahu Anhum.

Karena itu berita tentang rencana Rasulullahﷺ untuk umroh langsung mendapatkan reaksi keras dari para petinggi  Quraisy. Dibawa pimpinan Khalid bin Walid bersama sekitar 500 pasukan mengadang Rasulullahﷺ dan menyetopnya di Hudaibiyah.

Hudaibiyah inilah yang menjadi saksi pertama kemenangan politik gemilang Rasulullahﷺ, sebab di tempat inilah terjadi pengakuan secara dejure dan defacto bahwa Rasulullahﷺ dan sahabatnya bukanlah seorang pelarian politik yang mendapat suaka di Madinah. Justru beliaulah yang kini menjadi pemimpin tertinggi Madinah. Buktinya, penandatanganan perjanjian Hudaibiyah ini pihak Madinah diwakili oleh Rasulullahﷺ dan Suhail bin Amr mewakili Qurays Mekkah.

Namun demikian, rupanya sebagian besar sahabat justru fokus pada isi perjanjian. Betapa dongkolnya para sahabat tatkala rencana umrah itu tertunda. Dan yang tak kalah menyakitkan adalah ketika butir-butir perjanjian itu dibacakan, ditulis plus tandatangan dalam sebuah dokumen resmi. Namun, di tengah keterpurukan yang amat menyesakkan dada itu, seperti biasa Abu Bakar Ash Shiddiq selalu menjadi solusi. Mengingatkan kepada seluruh sahabat, terutama kepada Umar bin Khattab yang sudah tidak kuasa menahan perasaan harga diri keimanannya.

“Demi Allah beliau (Rasulullah SAW) sungguh berada di atas kebenaran,” Kata Abu Bakar kepada Umar bin Khattab sehabis Umar berdialog dengan Rasulullah SAW perihal perjanjian itu.

Tentu saja tak ada sama sekali tendensi untuk meremehkan penjelasan Rasulullah ﷺ, tetapi sebagai manusia biasa Umar r.a. masih butuh tambahan backup bagi jiwanya, dan yang bisa menenangkan Umar r.a. setelah Rasulullah ﷺ adalah Abu Bakar Ash Shiddiq r.a.

Ibaratnya B1KWK yang sudah ditandatangani itu. Tak ada lagi ada person yang boleh ragu apalagi bikin “misi tidak percaya” atas keputusan itu, walau dalam hati. Ya, walau hanya dalam hati. Justru sikap yang harus dimunculkan adalah inisiatif dan kreativitas. Tentu saja inisiatif dan kreativitas itu bisa hadir jika ada keridhaan dalam hati.

Insyaallah  pilihan ini diberkahi, sebab runtutan prosesnya, referensinya, dan kaidah kerjanya semua berpijak pada nilai-nilai dan jejak perjuangan dari sang teladan paripurna,  Nabiyyina Muhammad ﷺ.

“Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” QS Ar Rum :47)

Tak berselang lama, sekira setahun kemudian, setelah perjanjian itu ditandatangani, di hadapan Rasulullah SAW di Madinah tiga jawara perkasa Makkah sedang menghadap dengan hati yang tunduk  khusyuk, gempita takbir pun berkumandang menyambutnya, Amru bin Ash, Khalid bin Walid, dan Utsman bin Thalhah, Radhiyallahu ajmain.

“Makkah telah menyerahkan jantung hatinya kepada kita,” sabda Baginda Nabi SAW atas buah kemenangan dari perjanjian itu.

Dari jumlah 1400 kini menjadi 10.000 anggota inti, akhirnya Quraisy pun tak ada alasan lagi untuk tidak mengakui bahwa agama yang di bawah Muhammad ﷺ itulah ideologi yang benar.

Hari ini pun saya mendapatkan surprise dari seseorang yang saya kenal baik. Beliau seorang aktivis muda yang berada di lingkungan yang komitmen memakai serban.  Sangat mobile dari sisi aktivitas hariannya, beberapa kali ia keluar negeri dalam rangka dakwah ilallah di berbagai penjuru benua. Optimistis dan semangat yang selalu menyala, tetapi tetaplah ia seorang yang  menjaga sopan santun terhadap siapa saja.

“Assalaamu alaykum wr wb, Ustadz. Tabe, siapa pasangan cawali Makassar pilihan PKS? Fix mi kah Pak Irman YL? Kami hanya mo pilih yang dari PKS apapun itu posisi nya !!”

Allahu Akbar…. walillahilhamdu.

Wallahu a’lam bish shawab.