Amin Syam Dorong PKS Sulsel Lahirkan Tokoh Baru dari Timur

Makassar (02/03) —“Pasca kepemimpinan Pak JK (Jusuf Kalla), saat ini Sulsel mengalami krisis kepemimpinan. Untuk itu, saya mendorong PKS untuk melahirkan tokoh Sulsel yang akan pemimpin,” ungkap Amin Syam di hadapan Ketua DPW PKS Sulsel, Amri Arsyid dan jajaran pejabat DPW PKS Sulsel dalam Silaturahim Tokoh Sulsel yang digelar di rumah pribadinya (2/3).

Lebih khusus, Amin Syam mendorong kader terbaik PKS SulSel untuk merebut kursi kepemimpinan di Sulsel. Mengapa PKS Sulsel? Amin menegaskan bahwa sejak lama Amin Syam sudah tertarik dengan PKS karena kekukuhannya dalam menjaga prinsip perjuangannya. “PKS harus mengambil hati tokoh Sulsel dan merebut kursi paling tidak wakil gubernur,” pesannya.

Menurut Amin, saat ini kepercayaan masyarakat terhadap partai politik menurun yang indikasinya adalah perolehan suara banyak parpol. Hal ini, disebabkan adalah pimpinan partai yang tidak memiliki integritas sehingga menyebabkan partai tersebut disorientasi dalam fungsinya memperjuangkan kesejahteraan rakyat.

Dalam pertemuan dengan ketua dan pejabat DPW PKS SulSel tersebut, Mantan Gubernur SulSel ini membagikan filosofi politiknya. “Menjadi pemimpin partai harus berintegritas. Value utama seorang pemimpin partai adalah mengedepankan kebersamaan. 16 tahun saya memimpin partai, saya selalu memajukan kebersamaan. Tidak ada hasil pemikiran saya sendiri. Tidak boleh ada arogansi politik sebagai pimpinan parpol. Kalau pimpinan parpol menganggap dirinya seorang atasan, itu tudak benar, tidak boleh arogan,” katanya.
Amin melanjutkan, bahwa value seorang pemimpin partai yang low profile seperti ini, menurutnya juga akan membuat partai yang dipimpinnya berpandangan untuk melayani masyarakat “Partai politik itu sejatinya harus melihat kepentingan orang banyak, harus berfungsi kontrol sosialnya. Ini yang ndak disadari oleh kebanyakan partai politik. Partai Politik yang baik tentu yang sebaliknya, berjuang dalam rangka kesejahteraan rakyat. Itulah filosofi yang seharusnya dimiliki sebuah partai politik. Saro mase (disayangi rakyat).”

Amin Syam mencontohkan dirinya, selama meniti karier dari militer ke politik, Amin selalu menerapkan filosofi ini. “Ketika saya menjabat sebagai pejabat teritorial militer, kewajiban saya adalah “ketawa”. Begitu pula ketika menjabat sebagai politisi. ‘Ketawa’ yang saya maksudkan adalah mengutamakan harmonisasi hubungan ketika berhubungan dengan masyarakat. Namun demikian, ketika berkaitan dengan urusan internal organisasi, tetap harus mengutamakan disiplin.” tutup suami dari Apiaty Syam ini. *** (AS)