Makassar – Sulawesi Selatan sedang berada di ambang bonus demografi, yaitu kondisi ketika jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar dibanding usia non-produktif. Namun, kondisi strategis ini dinilai belum diimbangi dengan kesiapan pemerintah dalam aspek pembinaan generasi muda.
Yeni Rahman, S.Si., anggota Komisi E DPRD Sulsel dari Fraksi PKS, mengungkapkan keprihatinannya terhadap minimnya alokasi anggaran untuk sektor kepemudaan. Padahal, menurutnya, pemuda adalah kunci keberhasilan dalam memanfaatkan momen bonus demografi ini.
“Sulsel belum siap menyambut bonus demografi. Terlihat dari minimnya dukungan anggaran untuk program peningkatan kapasitas dan literasi kepemudaan,” ujar Yeni tegas, Jumat (10/5/2025).
Ia menilai bahwa pemuda Sulsel seharusnya menjadi subjek pembangunan, bukan hanya objek program formalitas. Untuk itu, dibutuhkan langkah strategis yang menyentuh aspek pendidikan karakter, literasi digital, kewirausahaan, hingga kepemimpinan sosial.
Yeni juga menyoroti belum terintegrasinya program kepemudaan lintas sektor, mulai dari pendidikan hingga ketenagakerjaan. Padahal, sinergi antarlembaga dan peningkatan kapasitas organisasi pemuda sangat diperlukan dalam membangun SDM unggul yang siap bersaing di level nasional dan global.
“Kalau kita tidak investasi dari sekarang pada sektor kepemudaan, kita akan melewatkan peluang emas yang hanya datang sekali dalam sejarah bangsa ini,” ungkapnya.
Ia mendesak agar Pemerintah Provinsi Sulsel tidak hanya mengandalkan kegiatan seremonial atau pembinaan sesekali, tetapi juga mengalokasikan anggaran yang memadai untuk program-program jangka panjang yang bisa benar-benar memberdayakan pemuda secara berkelanjutan.
Menurutnya, investasi pada generasi muda bukanlah beban, tapi jaminan masa depan Sulsel yang lebih produktif, mandiri, dan kompetitif.
DPRD Sulsel melalui Komisi E berkomitmen untuk terus mendorong peningkatan kualitas kebijakan kepemudaan sebagai bagian dari tanggung jawab terhadap masa depan daerah