Rahmaniah, Santri Mandiri, Menangkan Lomba Baca Kitab Kuning F-PKS DPR RI Tingkat Sulawesi Selatan

Senyum semringah nan bahagia tak henti-hentinya terukir dari wajah Rahmaniah saat mendengarkan namanya dinobatkan sebagai pemenang pertama Lomba Baca Kitab Kuning Fraksi DPR RI yang diselenggarakan di Kantor DPW PKS Sulawesi Selatan. Betapa tidak, perjalanan jauh yang melelahkan dari Polewali Mandar ke Makassar, bisa terbayar lunas dengan menjadi yang terbaik di antara 50-an peserta lainnya dari berbagai daerah. “Padahal awalnya saya hanya dapat info yang dibagikan teman, dan menyarankan saya ikut. Alhamdulillah, ternyata itu jalan saya untuk menjadi pemenang,” ucapnya tanpa kesan sombong sedikit pun.

 

Gadis kelahiran Passokorang, 17 Mei 1997 ini, ternyata hanya butuh waktu satu pekan untuk persiapan khusus mengikuti lomba karena saat mendapatkan informasi lomba, dia juga harus mempersiapkan diri untuk berangkat KKN. Namun, tentu saja belajar baca kitab kuningnya sudah sejak lama. Dia belajar kitab kuning sudah 11 tahun, tepatnya ketika dia mulai mondok di Ponpes Salafiyah Parappe. Ya, dia mulai mondok sejak tamat SD sampai sekarang. “Sekarang saya kuliah di IAI DDI Polewali Mandar, sambil tetap mondok Ponpes Salafiyah,” ungkap putri Bapak Abdul Rauf dan Ibu Hindong ini.

Ditanya tentang tantangan terberat belajar kitab kuning, gadis asal Desa Mambu ini mengungkapkan bahwa dalam belajar baca kitab kuning, santri dibimbing tidak hanya mengandalkan otak untuk sekadar memberikan harokah pada kata atau kalimat per kalimat tetapi bagaimana bisa lebih menggunakan hati untuk bisa menyatu dalam memaknai setiap kalimat. Dan tentu saja, butuh kesabaran lebih untuk tiba di level mahir.

Meski telah dinobatkan sebagai pemenang pertama, Rahmania tetap tak ingin memberi pengakuan bahwa dia sudah mahir membaca kitab kuning.

Di akhir wawancara, gadis yang bercita-cita menjadi guru ini membagikan kisahnya ketika awal mondok dan belajar kitab kuning. Rupanya, butuh perjuangan kesabaran yang sangat ekstra untuk memulai karena orang tuanya tidak menyanggupi biaya sepenuhnya untuk mondok. “Ya, mau nggak mau saya harus mandiri. Karena nggak bisa membayar uang makan di pondok, saya harus masak sendiri saat pertama mondok dulu. Apalagi saya enam bersaudara dan semua harus sekolah,” ungkapnya mengenang awal-awal mondok yang sangat berat. “Apalagi saya baru pisah dengan orang tua. Jika nggak punya kesabaran lebih, tentu saja saya nggak akan bertahan.”

Kini, pohon kesabaran Rahmania yang selama ini dia rawat dan pupuk bertahun-tahun, telah dia petik buahnya. “Saya nggak ingin hanya menjadi beban di pundak kedua orang tua, saya harus melukis senyum kebanggaan di wajah mereka.”

Setelah mengantongi hadiah uang tunai senilai 3,5 juta, Rahmania akan mengadu peruntungan lagi di tingkat nasional. Jika menang, akan mendapatkan tiket umrah dari Fraksi PKS DPR RI.

Sukses terus untukmu, Rahmania! Semoga menang lagi di tingkat nasional!* (AM)