8 Mitos dalam Pileg dan Pilkada

oleh: Zulkifli J. Bahsen*

Berikut ini 8 (delapan) mitos yang dipercaya masyarakat kebanyakan termasuk sebagian politisi yang perlu diberikan koreksi:

1. Banyak Uang Berarti Menang

Seandainya banyak uang jaminan menang, maka penuh lah perlemen kita diisi orang-orang kaya raya. Tapi faktanya tidak demikian. Ada juga yang dengan modal materi pas-pasan tapi bisa terpilih masyarakat dan masuk jadi anggota parlemen atau kepala daerah.

2.  Populer Pasti Terpilih

Seandainya yang populer menjamin menang, mungkin parlemen kita dominan diisi para artis, selebgram, pemain bola dan orang terkenal lainnya, tapi faktanya tidak demikian. Misal, Ahmad Dhani vokalis grup band Dewa tidak terpilih di Pilkada Kabupaten Bekasi tahun 2018. Giring Genesha, vokalis Nidji, gagal berkantor di DPR RI, partainya gagal menembus Parliementary Threshold 4 persen.

Pada Pemilu 2019, dari Dapil Jawa Timur ada 16 artis ibukota yang gagal melenggang ke Senayan. Karena memang ada banyak variabel yang membuat mereka tidak terpilih.

3. Incumbent adalah kompetitor terkuat

Faktanya di pemilu 2014 dan 2019 petahana yang bertahan di bawah 50 persen. Misalnya di daerah NTB pada  Pemilu 2019 tingkat keterpilihan Petahana DPR Provinsi mencapai angka 30,77 persen.

4.  Politik = Persepsi

Mementingkan proses pencitraan dalam politik sebetulnya tidak sepenuhnya salah karena banyak keberpihakan dibangun oleh narasi-narasi atau persepsi di kepala konstituen. Namun jangan terjebak mementingkan kemasan dibanding konten.

5. Politisi adalah Profesi Instan

Sepertinya benar. Tapi untuk menjadi politisi yang baik, punya skill set yang mumpuni, matang dan dicintai rakyat. Prosesnya pasti panjang.

6.  Parpol (semata) mempengaruhi pilihan konstituen

Tapi hasil riset banyak lembaga survey hari ini menempatkan bahwa kesetiaan pemilih terhadap semua parpol (party id) masih kecil. Kenapa Parpol kurang menarik? Salah satunya karena di mata pemilih, semua parpol punya kesamaan platform.  Kalau bukan religius ya nasionalis, hampir tidak ada diferensiasi. Hal ini perlu jadi bahan pemikiran kita PKS.

7. Aleg adalah Jabatan Enak

Padahal Aleg sebenarnya posisi yg banyak tidak enaknya. Coba bayangkan jadwal hidup kita tidak seperti dahulu lagi. Banyak sekali kegiatan protokoler, harus silaturahim dengan banyak kalangan, terutama privacy dan waktu untuk keluarga yang berkurang. 😁

Bagi orang-orang baik, menjadi anggota legislatif adalah ujian berat. Bagaimana agar terhindar dari korupsi dan gratifikasi. Bagaimana agar bertanggungjawab terhalang janji-janji yang pernah dilontarkan kepada konstituen.

8.  5 Menit di TPS menentukan 5 tahun ke depan

Ada benarnya. Tapi 5 tahun itulah yang akan menentukan perjalanan bangsa dan ummat kita puluhan bahkan ratusan tahun ke depan yang mempengaruhi anak cucu kita kelak.

Demikian 8 Mitos yang saya rangkum selama menyaksikan perjalanan dari pemilu ke pemilu.  Semoga bermanfaat buat kita para kader PKS yang diamanahi tugas dan tanggung jawab kebangsaan. Tapi jangan dianggap beban.

“Justru ini merupakan challenge atau tantangan,” kata guru/motivator saya waktu di BPJE PKS, Bang Firly (sekretaris BPJE DPP).

~

*Penulis adalah Kordapil III DPD PKS Sidrap Sulawesi Selatan.